Sejarah mencatat bahwa kopi arabika Jawa dari priangan pernah menjadi populer di dunia karena cita rasa dan aromanya. Mari kita mengenal kopi arabika yang mengubah wajah dunia. Bagi Anda yang belum mengenal kopi, hal mendasar yang membedakan kopi adalah benih, tanah tempat ditanam, dan tentunya perawatan.
Sejarah panjang kopi arabika priangan bermula di penghujung abad 17 ketika saat itu bibit kopi di bawa ke Batavia yang kemudian diujicoba pertama kali ditanam di kawasan yang sekarang dikenal sebagai pondok kopi. Pada saat ini kopi asal priangan dikenal dengan sebutan java coffee (kopi jawa) yang ditanam di Priangan atau disebut juga Preanger (pelafalan orang Belanda terhadap kata priangan).
Pada masa kolonial, benih kopi merupakan salah satu barang istimewa para pengembara, botanis, bahkan para misionaris. Kopi jawa pertama kali diperdagangkan tahun 1711 di pasar internasional yang berada di Amsterdam. Keberhasilan penjualan ini kemudian mendorong Belanda dengan VOC nya memberlakukan sistem sistem tanam paksa di daerah jajahan untuk menanam kopi. Pada era tersebut, meskipun kopi jawa menjadi primadona, terjadi ironi sebaliknya dengan para petani di priangan yang tidak merasakan nikmatnya hasil panen kopi. Rakyat priangan hanya diwajibkan untuk menanam kopi, namun terlarang untuk menikmatinya. Kopi menjadi tanaman yang dibenci karena ironi tersebut.
Kopi priangan kemudian mengalami kehancuran akibat terjadinya serangan hama daun pada tahun 1885 dan juga terjadinya perlawanan para petani Priangan. Mereka melakukan boikot perawatan tanaman, membuang, atau mengubur hasil panen agar tidak disetorkan ke gudang.Ada pula yang menyelundupkan kopi ke tengkulak Tionghoa atau Arab, bahkan banyak pula yang kabur dari wilayah yang akan dibuka untuk lahan perkebunan kopi.
Berangsur-angsur, komoditas kopi kemudian tergantikan oleh komoditas lainnya yang lebih menjanjikan seperti teh, dan karet. Sejak tahun 1940-an kopi bukanlah produk ekspor andalan, akan tetapi terjadi peningkatan konsumsi domestik. Terjadinya perang dunia II di Hindia Belanda, turut menelantarkan perkebunan kopi hingga akhirnya Indonesia merdeka. Pasca kemerdekaan, pengembangan komoditas ekspor kopi bukan merupakan fokus perhatian, melainkan fokus pada pengembangan komoditas pangan. Hingga kemudian orde baru muncul, perkembangan kopi arabika priangan semakin tersisihkan.
Naiknya permintaan pasar kopi dunia pada tahun 1970-an, pada akhirnya membuat pemerintah mulai melakukan rehabilitasi perkebunan kopi di berbagai daerah di Indonesia, termasuk kopi arabika priangan. Upaya pengembangan kembali kopi jawa ini mengalami kegagalan salah satunya akibat meletusnya gunung Galunggung yang menghancurkan perkebunan kopi.
Lalu bagaimana perkembangan selanjutnya kopi arabica Priangan ini ?! Simak kelanjutannya pada info kopi Arabika Priangan di hanjuang.com . Sambil menunggu sambungannya, jangan lupa cicipi juga minuman Kopi Priangan Hanjuang dan Kopi Bandrek Hanjuang nya ya…. Ga perlu repot-repot, pesan saja online di hanjuang.com atau hubungi pusat layanan kami segera… 🙂