Sejarah bandrek Hanjuang hingga menjadi nomor satu di Indonesia dimulai ketika Cintek mengembangkan produk minuman tradisional mulai dari tahun 2000. Awal mulanya adalah dari pengembangan teknologi mikrohidro untuk pemberdayaan masyarakat yaitu dengan mengelola industri agrobisnis dengan bahan dasar yang ada di sekitar kita. Pada saat itu dibuatlah “Bandrek” dan “Bajigur” dengan merek dagang “Hanjuang” dalam bentuk serbuk yang siap seduh.
Cintek memiliki konsep untuk mengintegrasikan berbagai pihak dalam proses produksi produknya. Pemberdayaan masyarakat mulai dari pemasok bahan baku. Setiap tahun, Cihanjuang Inti Teknik memasok sekitar 100 ton jahe dari Lampung. Sementara itu, untuk gula aren, mereka mendapat pasokan dari para petani binaan di wilayah Sukabumi Selatan. Pada proses produksi Cintek sudah memiliki sendiri mesin pengolah bahan baku menjadi produk bahan jadi dan salah untuk proses pengemasan akhir dilakukan proses outsourcing yaitu dengan melibatkan ibu-ibu di sekitar pabrik yang tergabung dalam Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).