Jalan Dago adalah salah satu tempat yang cukup terkenal di Kota Bandung. Selain banyaknya distro, kafe, dan beberapa hotel ternama juga tempat wisata yaitu Taman Hutan Raya Djuanda Bandung. Sering dikenal juga dengan sebutan THR Djuanda atau Tahura Djuanda. Luas hutan yang mencapai 590 hektar membentang dari kawasan Pakar hingga Maribaya.
Berada di ketinggian antara 770 mdpl hingga 1330 mdpl. Tidak kurang dari 2500 jenis tanaman tumbuh di berkembang di Taman Hutan Raya Djuanda. Tahura Djuanda merupakan kawasan konservasi yang memadukan alam sekunder dengan hutan tanaman. Suasana hutan yang sangat alami ditambah beberapa objek wisata menarik menjadi daya pikat tersendiri.
Harga Tiket Taman Hutan Raya Djuanda
Untuk bisa masuk dan berkeliling setiap wisatawan dikenakan biaya tiket masuk Tahura Djuanda. Harga tiket Taman Hutan Raya Djuanda Rp 15.000.
Jam Buka Tahura Djuanda
Taman Hutan Raya Djuanda buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00.
Jam Operasional Tahura Djuanda
Jam Operasional New Normal 08.00-16.00 WIB
Tempat-tempat yang bisa anda kunjungi di area Taman Hutan Raya Djuanda
Berbagai aktivitas bisa dilakukan di Taman Hutan Raya Djuanda. Kegiatan-kegiatan yang umumnya bertemakan petualangan alam. Seperti hiking di Gua, Treking, atau berolahraga. Beberapa aktivitas juga bisa dilakukan oleh anak-anak. Berikut beberapa diantaranya.
Gua Belanda
Gua Belanda diperkirakan berumur tidak kurang 111 tahun. Ketika wisatawan memasuki Gua, hawa dingin akan langsung terasa. Gua ini terdiri dari tiga lorong yang saling terhubung. Pada sayap kiri Gua terdapat sel tahanan perang dan tempat penyimpanan logistik.
Pintu sel masih dibiarkan seperti aslinya dan wistawan dapat masuk ke dalam ruangan tersebut. Pada sayap kanan Gua terdapat gang sempit yang berujung pada tangga yang digunakan untuk mengintai pada jaman dahulu.
Jalanan di Gua ini cukup rata dan dinding Gua masih terdapat besi-besi berkarat seperti aslinya. Pastikan untuk memakai pakaian yang cukup tebal dan senter karena Gua ini sangat gelap.
Gua Jepang
Berjarak 300 meter dari Gua Belanda, Gua Jepang memilik empat pintu masuk dan dua lubang penjagaan. Konon katanya Gua Jepang ini dibangun dengan kerja paksa atau lebih dikenal dengan romusha.
Gua ini dipakai Jepang untuk berlindung dari sekutu dan menjadi tempat penyimpanan senjata militer dan logistik. Di dalam Gua ini terdapat Gua-Gua kecil yang dulu digunakan sebagai tempat interogasi, terdapat juga penjara, persembunyian, dan lubang-lubang penyimpanan.
Gua ini masih mempertahankan bentuk aslinya dengan alas dan dinding yang masih berupa tanah dan batuan. Wisatawan dikejutkan oleh sekelompok kelelawar yang bersarang di langit-langit Gua. Gua Jepang lebih pengap dan lebih gelap dari Gua Belanda.
Air Terjun dan Curug
Setidaknya ada tiga air terjun yang terkenal di Tahura Djuanda, diantaranya Curug Dago, Curug Omas, dan Curug Lalay. Curug Dago memiliki ketinggian 12 meter, di tempat ini ditemukan dua prasasti peninggalan Raja Thailand.
Sedangkan Curug Omas lebih dikenal dengan Curug Maribaya karena lokasinya yang berada di kawasan Wisata Maribaya, ketinggian curug ini sekitar 30 meter.
Terakhir adalah Curug Lalay yang memiliki ketinggian air terjun yang sama dengan Curug Omas namun lokasi curug ini sedikit tersembunyi diantara lembah. Di sisi air terjun terdapat Gua tempat bersarang kelelawar, Gua ini disebut juga Gua Lalay.
Museum Ir. H. Djuanda
Museum yang dibangun sebagai penghormatan kepada seorang tokoh pahlawan nasional Ir. H. Djuanda. Museum ini berukuran kurang lebih 8 x 10 meter. Di dalam museum tersimpan berbagai macam penghargaan yang diterima oleh Ir. H. Djuanda.
Mulai dari piagam penghargaan dari pemerintah RI dan negara-negara asing, hingga medali, kancing, dan wings dari berbagai negara seperti Malaysia, Rusia, dan Thailand. Di ruangan ini juga terdapat foto besar dari Ir. H. Djuanda. Di samping itu terdapat koleksi herbarium dan offset satwa serta artefak purbakal.
Tebing Keraton
Menyaksikan indahnya matahari terbit dan terbenam di tebing ini. Untuk masuk ke Tebing Keraton berlaku tiket terpisah dan berlaku tiket terusan ke Tahura untuk satu hari. Pastikan berada di waktu yang tepat untuk bisa menikmatinya dan berhati-hati karena akses ke tempat ini yang sangat mananjak dan terjal.
Penangkaran Rusa
Di tempat ini wisatawan akan disuguhi berbagai informasi tentang rusa termasuk manfaat dari rusa itu sendiri. Tidak banyak yang tahu jika rusa memiliki manfaat pada setiap bagian tubuhnya. Di penangkaran rusa, tentu saja wisatawan dapat memberi makan rusa-rusa yang ada.
Fasilitas Taman Hutan Raya Djuanda
Banyak terdapat saung kecil bagi wistawan yang ingin duduk-duduk atau beristirahat. Bagi yang ingin menginap juga terdapat penginapan, wisma, guest house, dan area perkemahan. Untuk yang suka berolahraga ada trek khusus untuk jogging dan bersepeda.
Tahura Djuanda juga dilengkapi dengan fasilitas khusus anak-anak seperti taman bermain, area paintball dan play ground. Ada area outbond juga yang bisa dinikmati oleh anak-anak dan dewasa. Fasilitas pendukung lainnya yaitu toilet yang lumayan bersih, mushola, dan masjid.
Tidak ketinggalan warung-warung yang sangat banyak tersebar di beberapa titik di kawasan tempat wisata tahura Djuanda
Angkutan Ke Taman Hutan Raya Djuanda
Tidak sulit untuk menemukan Taman Hutan Raya Djuanda Djuanda karena tempat ini sudah sangat terkenal dan mudah diakses. Setidaknya ada dua angkutan umum yang bisa membawa wisatawan untuk mengunjungi tempat ini.
Walau harus menambah dengan sedikit berjalan kaki. Angkot pertama adalah Ciroyom-Ciburial, angkot ini berwarna hijau-krem. Angkot ini bisa ditemukan di Jalan Simpang Dago, harap sedikit bersabar karena angkot ini biasanya tidak akan berjalan sebelum penuh penumpang.
Angkot kedua berwarna oranye dengan jurusan Caringin-Dago, angkot ini bisa ditemukan di daerah Jalan Suci dan Jalan Cikutra. Wisatawan tinggal memberitahukan pengemudi angkot untuk diantarkan ke Tahura Djuanda atau Hutan Dago Pakar. Wisatawan biasnya harus berjalan sekitar 500 meter sampai 1 kilometer.
Hal Perlu Diperhatikan
Berhati-hati membawa barang bawaan, karena hutan ini sekaligus tempat konservasi tak jarang monyet yang hidup bebas mendekati wisatawan untuk mengambil makanan atau barang yang ditinggalkan wisatawan.
Jangan lupa membawa alat penerang atau senter jika ingin masuk ke dalam Gua Belanda dan Gua Jepang. Berhati-hati dengan diskriminasi harga yang diterapkan oleh penyewa senter dan pemandu di sekitaran Gua tersebut.
Terakhir, pastikan untuk waspada dengan garis pembatas atau penanda lain di sekitar Hutan Djuanda. Tidak jarang batang dari pohon yang sudah tua patah dan jatuh. Karena itu biasanya pengawas dan penjaga Hutan Djuanda telah menempatkan garis batas di sekitar pohon-pohon yang tua agar wisatawan tidak mendekati tempat tersebut.
selamat berkunjung ke tempat wisata ini.
lihat juga tempat wisata lainnya di sini.